Powered By Blogger

Kamis, Maret 23, 2006

Hari ini ada ini,...


Hari ini ada ini nih,...
- Ujan dereeeeees, namanya juga ujan malem kamis ;)) kagak nyambung!!!!
- Tol Tangerang-Jakarta maceeeeet
- Komputer di warnet lelet
- Ruangan Speaking dipindah ke enam lantai di atas
- Dosen Speaking gw yg bule ganteng dan berbodi aduhai a.k.a Nate Brown itu potong rambut,.... nambah ganteng,... bikin puyeng
- Belajar debat ga jelas
- Poto-poto bareng Mas Nate yang ganteng (liat poto di atas dooooong,...)
- Bikin Ayu iri sama pose gw yg sebelahan ama Mas Nate
- Dikasih tau sama Ayu kalo bokapnya Adit meninggal dunia,... innalillahi wa inna illaihi rajiuuun
- Liat Christian gandengan sama Hokben, eh salah, Wini,... bikin mupeng
- Maen "point the knee" pake payung segede gaban dg Christian sebagai korban,... :p
- Belajar listening yg super-duper ngebosenin
- Briefing lomba debat
- Pulang dengan dinaungi hawa panas Jakarta
- Mo beli majalah tapi keabisan
- Naik ojek yg abang2nya gak tau jalan,... bete
- Makan rawon + sambel + krupuk
- Nemenin nyokap nonton film mandarin sambil nyemil Tango
- Nguras akuarium
- Mandi gebyur-gebyur
- Nonton berita sejenak
- Online
- Cetting ama Dhira and Evi and the one and only my spiritual advisor :p
- Posting tulisan ini ampe kagak tau lagi dah

...................................................................................................................

Senin, Maret 20, 2006

Katakan siapa yang salah,...


Kemaren, sehari yg lalu, tgl 22, di kantin kampus kijang universitas tercinta gw, gw ketemu sama Nining, senior di kampus tapi sepantar di segi umur,... temen kerja di eks kursus gw dulu,... kasih tau perkembangan di eks tempat gw mencari nafkah dulu. Di foto ini, Nining itu yang paling pinggir sebelah gw,...

Ada temen gw yang apply ke kursus itu, udah sign kontrak untuk setahun, dan udah beberapa minggu ngajar untuk level Kindergarten-1,... eh, entah karena gak betah, entah karena berat di ongkos, entah karena bentrok sama waktu,... dia minta berhenti.

Maka murkalah si empu-nya kursus. I know her,... kinda strict type of person,... a type of person that messing up with her is the last thing you tend to do,... dia ngancam bakalan nuntut temen gw,... weks!!! Merembet ke meja hukum nih,...

Gw ga tau kelanjutannya, apa temen gw jadi dituntut, atau gimana,... Niningnya keburu kabur karena langit gerimis dan dia harus buru-buru pulang. The most shocking one,... si empu-nya kursus sibuk nge-blacklist temen gw itu,, bahkan dibela-belain nelepon ke ka-jur agar kalo ada job-offering buat temen gw, kajur gw itu gak merekomendasikan temen gw itu,... Tambah rumit eeeuyyy,...!

Kata Ayi, temen gw yg bareng-bareng pergi ke interview kerja di sana - bedanya dia gak jd masuk dan gw terjebak di sana slama 4 bulan - berpuji syukur dia gak jadi mencari nafkah di sana. Dia bilang ada firasat gak enak tentang sistem kontrak di sana. Hmmm,...

Gw gak tau ya,... sepanjang gw baca kontrak di sana,... gak ada masalah kok. It's a professional contract yang balance di kedua pihak. Gw akui itu. Mungkin temen gw itu memang belum siap dengan situasi kerjanya. Mungkin pikirnya "ya udahlah, part time ini,... big deal,... " As a matter of fact, yes, it's a big deal. Kontrak kan jaminan kita supaya hak-hak kita gak dilecehkan, walaupun itu cuma sekedar part-timer [emosi amat gw,...] Temen gw jelas salah dengan melanggar kontrak yg jelas-jelas ditandatangani dengan penuh kesadaran tanpa paksaan di bawah todongan golok,... Kenapa jadi gak profesional gt???

Tapi apa bener juga tindakan si empunya kursus dengan menyebarkan kejadian ini, sampai akhirnya tembus ke ruangan ka-jur,... black-listing people for getting their opportunities is so cruel,... Temen gw masih 20 tahun,... masih muda banget,... kalo di black list gt,... bagaimana nasib dia nanti???

Siapa sih yang salah?

PS : Kerja - mencari sesuap nasi dan seraup berlian - itu susah banget ya,... kayak gw nih, sekarang jobless. Mo part-time kebentur waktu kuliah yg naudzubillah, mo freelance ya susah kepentok sama the enormous power named laziness,...

Catatan Lama [banget]

:P
Baru aja buka-buka blog yang ada di frenzter, trus ga sengaja nemu tulisan ini. Udah lama banget. Dibikin tanggal 13 Oktober 2005, tapi lumayan lah, gak nyangka bisa nulis yang beginian, well, di-paste aja ke - singgasanaku - yaaa,... baca yaaaa?

Hindari Kenyamanan

Kenyamanan, satu selimut yang mengekangku, memberikan kenikmatan yang membuatku enggan berpaling. Kenyamanan, betapa satu hal ini sebenarnya tak lebih dari kata pembelaan kalau aku itu hampir saja menjadi pengecut. Kenyamanan hamper membuatku terlena. Kenyamanan membuatku stagnan, aku tahu itu, tapi tetap saja nekat kujalani. Kenyamanan membutakan. Aku terlalu nyaman selama ini, sehingga banyak indera yang kurang peka, banyak pengalaman yang terlewatkan, tak kurang ilmu yang meninggalkan dalam keterlenaan.

Aku selama ini selalu nyaman naik angkot. Walau ongkos makin mahal, udara pengap, bau keringat, tapi aku telanjur terbiasa. Walaupun sudah mengantongi SIM A sekali pun tetep naik angkot jadi pilihan utama. Males kena macet, males cari tempat parkir, takut nabrak, males antri beli bensin, segala macam alasan membuatku makin nyaman saja naik angkot.

Kuliah pagi pulang sore dari kampus tercinta terus makan and tidur memberikan kenyamanan luar biasa. Segala rutinitas membuatku mampu mengerjakan semuanya lancar. Sama sekali tak terlintas di kepala untuk menambah satu aktivitas lagi. Kenapa? Karena memang sudah nyaman seperti ini.

Nyaman memang memabukkan. Saking memabukkannya, aku sampai tak sadar di luar sana banyak hal-hal indah yang tak sempat kukecap.

Misalnya, karena terbiasa naik angkot atau diantar jemput sama para lelaki tercinta (thx ma dad, lil bro, and beloved darling), ketika harus bawa mobil sendiri, segala ketidaknyamanan muncul. Efeknya bisa ditebak, ban mobil hampir melindas kaki pak satpam, menyerempet portal, mesin mati pas di tanjakan, semua itu membuatku tak nyaman karena aku harus keluar dari rutinitas yang selama ini kurasakan. Aku harus mengalami pengalaman baru, belajar dari awal, mulai beradaptasi, dan tak bisa menebak apa yang akan terjadi satu detik mendatang. Aku jauh dari kenyamanan.

Hi-heels juga termasuk sesuatu yang membuatku tak nyaman. Aku harus merasakan ketidaknyamanan ini pas acara resepsi pernikahan sepupuku. Aku harus berdiri (lengkap dengan setelan kebaya) dengan hi-heels 12 cm,… walhasil pulang dari acara, aku mendadak sangat mencintai kaki-kakiku. Tapi aku tak bisa pungkiri kalau aku terlihat lebih feminin dengan sepasang hi-heels itu. Jalanku jadi lebih anggun. Aku terlihat seperti perempuan (lha emang selama ini apa?) Pakai hi-heels memang awalnya tak nyaman, awalnya sekedar paksaan situasi, tapi efeknya yang begitu mengejutkan memberikan shock-therapy yang membuat mataku terbuka. Aku bisa terlihat lebih baik kalau aku mau keluar dari kenyamananku (baca : pecinta alas teplek) selama ini. Aku cuma tidak berani. Itu saja.

Akhirnya aku belajar untuk menghindari kenyamanan. Aku mulai mencoba tawaran mengajar bahasa inggris untuk anak-anak kecil. [PS : ketika tulisan ini dibuat, aku baru saja 2 minggu menjadi part-timer di suatu kursus bahasa inggris, tapi officially februari kemaren aku resigned,...] Memang awalnya tidak nyaman. Aku harus bersikap lebih sabar, harus banyak senyum, harus disiplin, harus rela waktu istirahatku terpotong demi bayaran yang tak seberapa. Aku bisa saja menyesalinya dan ingin kembali ke kenyamanan masa lalu yang begitu menggoda. Tapi jika aku nekat berteman lagi dengan kenyamanan itu, bagaimana dengan pengalamanku, kenanganku akan masa muda? Aku akan selalu terlena, padahal dunia sendiri tak akan pernah berada dalam kondisi yang nyaman.

Aku akan seperti anak bayi dalam gendongan ibunya bila tetap berada di zona kenyamanan. Toh anak bayi akan melepaskan diri dari kenyamanan pelukan sang ibu untuk belajar berjalan. Dia tentu tak nyaman kalau terus bolak-balik jatuh tersungkur karena kakinya belum mantap menjejak. Tapi toh harus dijalani kan. Toh di suatu hari nanti sang bayi akan menikmati manis dari jerih payahnya jatuh bangun ini. Aku masih belajar untuk memahami ini semua. Bukan hal yang mudah melepaskan kenyamanan selama ini aku rasakan untuk sesuatu yang belum pasti, entah akan membuatku nyaman atau tidak. Tapi hidup itu kan proses belajar, itu kata orang bijak. Berhubung bijak bukan sifatku, aku mending nurut saja. Siapa tahu di beberapa waktu ke depan aku bisa memetik buah dari pengorbananku meninggalkan kenyamanan.

Amin. Amin. Amin.

PS : God, give me more strength to finish the unfinished. And for you all, leaving behind all the comfort doesn’t mean that you act carelessly. Mark this, you leave today’s comfort to get greater comfort in return.

Welkam,... Welkam,...

Kayanya basi banget ya,...?

Teknologi blog udah ada dari jaman kapan tau, malah baru sekarang bikin blog,... cck cck cck,... Malu dong sama almamater yang tenar di bidang IT,... (so what!!! gw kan ngambil sastra inggrisnya, kalo ngambil IT-nya gw udah bikin lebih dari yang beginian,...)

Yo wis laaaah,... emang ga jago bikin pidato pembuka malah jadinya marah-marah gini,... sutra-lah,... maaf ya kalo blog-nya terlalu simpel banget,... kalo dibandingin sama blognya burung,... phhuuff,... kayak ndoro sama babunya,...

Oh ya, kalau kamu semua kepingin melihat salah satu potongan jiwaku yang terpampang di hadapan public, coba deh maen ke -mba'Anggun- dan kalo elo juga mau jadi bagian dari sekumpulan sahabat-kawan-dan teman, aku welkam-welkam aja koq. Disarankan sih, kirim email dulu aja, takutnya namanya juga manusia. There's such thing called short-term memory loss. Jadi inget sama Fanny, temen SMP, yang sempet bertemu di dunia maya setelah sekian lama, dia ngambek karena aku enggak inget. Well, SMP itu berapa abad yang lalu, Fan? Maaf ya, namanya pangling.

Ya udah,... no more blah blah blah blah,...

Welkam welkam

~ btari-yang-anggun ~