Bulan Februari ini aku sibuk banget. Selain tugas-tugas yang harus diselesaikan sebagai seorang guru di sebuah sekolah, ada beberapa proyek menulis yang kuikuti. Suka tidak suka, aku harus memaksa diriku keluar dari belenggu mood dalam menulis. Itu sebabnya aku mulai "memaksa" diri untuk menulis. Untungnya ada mas Daniel dan program jejakubikel yang mendorongku untuk terus menulis.
Pada bulan Februari ini, mereka mengadakan tema #Troublove yaitu menulis cerpen selama satu bulan penuh dengan tema-tema yang silih berganti setiap tiga hari sekali. Pada tiga hari pertama, tema yang diusung adalah "Beda Etnis". Maka aku pun menulis cerpen "Akad Nikah" sebagai perwujudan tema itu. Kalau ingin baca, silakan baca di sini. Jangan lupa tinggalkan komen di sana. Masukan seperti apa pun akan kutunggu.
Thank you, guys. Looking forward for your comments!
Minggu, Februari 12, 2012
Jumat, Februari 10, 2012
10 Tahun Perjalanan Cerpen "Cantik"
Sekitar lebih dari sembilan tahun lalu, tepatnya tanggal 16 Oktober 2002, aku menyelesaikan sebuah cerpen berjudul "Cantik". Waktu itu aku baru berumur 17 tahun, dengan gaya penulisan masih sangat mentah. Sebenarnya tema cerpen ini sederhana tentang percintaan remaja dengan bumbu rendahnya rasa kepercayaan diri.
Akhirnya aku kirimkan cerpen itu ke sebuah majalah remaja tahun 2002, tapi ditolak. Kemudian tahun 2004, aku mencoba peruntungan lagi dengan mengirimkannya ke majalah remaja lainnya, tapi sama-sama ditolak. Dan akhirnya tahun 2005, tepatnya 13 Agustus, kuirimkan ke Majalah Aneka Yess!
Tunggu menunggu, tak ada kabar. Pikiran pertama yang terlintas di kepalaku adalah "Ah, cerpen ini pasti ditolak lagi." Oleh karena itu, akhirnya aku menyerah dan berhenti mengirimkan cerpen "Cantik" itu ke majalah lainnya.
Suatu hari di bulan Februari 2012, aku sedang bengong dan iseng mengetik keyword "Cerpen Anggun Prameswari" di Google. Dan di tautan pertama yang muncul adalah alamat situs majalah AnekaYess! berisi cerpen "Cantik" yang ditulis oleh Anggun Prameswari. Silakan cek tautannya di sini. Dari keterangan yang tercantum di situs itu, tanggal pemuatannya 12 Februari 2010.
Kaget dong! Tentu saja termasuk senang karena ada satu cerpenku, my baby, yang menemukan rumah bernaungnya. Nggak ada rasa kesal atau jengkel, tapi excited. Tapi kemudian, tanda tanya mulai bermunculan. "Kok aku nggak tahu cerpenku dimuat di majalah sebesar majalah Aneka Yess! Di mana nih missing link-nya?"
Seperti anak muda jaman sekarang, aku berbagi kisah di linimasa. Salah satu respons yang kuterima dari mbak Jia yang ternyata juga mengalami hal yang sama. Justru beberapa kali ia tahu kalau cerpennya dimuat dari teman atau followernya. Aku pun mention ke akun twitter Majalah Aneka Yess! dan ternyata mereka memberikan respons yang sangat baik. Mereka berjanji akan mengusut hal ini.
Keesokan harinya, mereka memberitahu via Direct Message kalau cerpenku memang dimuat di Majalah Aneka Yess! edisi 19 tahun 2005. Sedangkan tanggal pemuatan via situs adalah 12 februari 2010. Aku baru tahu kalau cerpen itu dimuat berkat Google tanggal 2 Februari 2012. Lucu ya. Jadi ada jeda hampir sepuluh tahun sejak cerpen itu selesai sampai blog ini ditulis. Sebuah perjalanan yang panjang! Tentang honor pemuatan pun sedang ditelusuri oleh pihak majalah Aneka Yess! Semoga aku masih bisa mendapatkan hak saya itu. Sekaligus majalah aslinya untuk arsip pribadi. Maklum, aku memiliki record yang cukup rapi untuk inventarisasi cerpen-cerpen itu. They are my babies, so I treat them carefully and nicely.
Sampai sekarang belum ada berita apa-apa lagi dari pihak majalah tersebut. Tapi semoga akan ada jalan terang tentang ini, setidaknya copy majalah Aneka Yess! yang memuat cerpenku supaya aku bisa melengkapi catatan cerpen di folder pribadiku.
Akhirnya aku kirimkan cerpen itu ke sebuah majalah remaja tahun 2002, tapi ditolak. Kemudian tahun 2004, aku mencoba peruntungan lagi dengan mengirimkannya ke majalah remaja lainnya, tapi sama-sama ditolak. Dan akhirnya tahun 2005, tepatnya 13 Agustus, kuirimkan ke Majalah Aneka Yess!
Tunggu menunggu, tak ada kabar. Pikiran pertama yang terlintas di kepalaku adalah "Ah, cerpen ini pasti ditolak lagi." Oleh karena itu, akhirnya aku menyerah dan berhenti mengirimkan cerpen "Cantik" itu ke majalah lainnya.
Suatu hari di bulan Februari 2012, aku sedang bengong dan iseng mengetik keyword "Cerpen Anggun Prameswari" di Google. Dan di tautan pertama yang muncul adalah alamat situs majalah AnekaYess! berisi cerpen "Cantik" yang ditulis oleh Anggun Prameswari. Silakan cek tautannya di sini. Dari keterangan yang tercantum di situs itu, tanggal pemuatannya 12 Februari 2010.
Kaget dong! Tentu saja termasuk senang karena ada satu cerpenku, my baby, yang menemukan rumah bernaungnya. Nggak ada rasa kesal atau jengkel, tapi excited. Tapi kemudian, tanda tanya mulai bermunculan. "Kok aku nggak tahu cerpenku dimuat di majalah sebesar majalah Aneka Yess! Di mana nih missing link-nya?"
Seperti anak muda jaman sekarang, aku berbagi kisah di linimasa. Salah satu respons yang kuterima dari mbak Jia yang ternyata juga mengalami hal yang sama. Justru beberapa kali ia tahu kalau cerpennya dimuat dari teman atau followernya. Aku pun mention ke akun twitter Majalah Aneka Yess! dan ternyata mereka memberikan respons yang sangat baik. Mereka berjanji akan mengusut hal ini.
Keesokan harinya, mereka memberitahu via Direct Message kalau cerpenku memang dimuat di Majalah Aneka Yess! edisi 19 tahun 2005. Sedangkan tanggal pemuatan via situs adalah 12 februari 2010. Aku baru tahu kalau cerpen itu dimuat berkat Google tanggal 2 Februari 2012. Lucu ya. Jadi ada jeda hampir sepuluh tahun sejak cerpen itu selesai sampai blog ini ditulis. Sebuah perjalanan yang panjang! Tentang honor pemuatan pun sedang ditelusuri oleh pihak majalah Aneka Yess! Semoga aku masih bisa mendapatkan hak saya itu. Sekaligus majalah aslinya untuk arsip pribadi. Maklum, aku memiliki record yang cukup rapi untuk inventarisasi cerpen-cerpen itu. They are my babies, so I treat them carefully and nicely.
Sampai sekarang belum ada berita apa-apa lagi dari pihak majalah tersebut. Tapi semoga akan ada jalan terang tentang ini, setidaknya copy majalah Aneka Yess! yang memuat cerpenku supaya aku bisa melengkapi catatan cerpen di folder pribadiku.
Jumat, Desember 02, 2011
"Wanita Bergaun Merah" di antologi BookOfCheat#1


Potongan gambar menyambar benakku, seperti tebaran puzzle. Yang kuingat cuma selembar gaun berwarna merah. Tak ada yang istimewa dengan modelnya. Hanya sebuah gaun berpotongan dada terbuka dan bertali kecil mengait di bahu. Warnanya merah menyala. Warna merah tua yang sanggup menusuk-nusuk mataku. Apa arti warna merah itu? Sebuah kenangan yang lama. Hanya saja kenapa saat kupikirkan itu, rasanya seluruh energiku habis? Sepotong gaun merah. Tampaknya penuh arti. Lalu apa artinya? Di mana aku pernah melihatnya? Siapa pemiliknya? Semuanya begitu buram.
Itu kutipan cerpen "Wanita Bergaun Merah" yang masuk ke dalam antologi cerpen "Book Of Cheat#1" yang diterbitkan oleh @nulisbuku, sebuah self-publishing service. Awalnya saya tertarik dengan tawaran mbak @yuska77 ketika membuat proyek BOOK OF CHEAT ini. Saya percaya bahwa setiap karya selalu memiliki singgasananya sendiri. Maka saya pilihlah cerpen ini, sebuah cerpen lama yang menunggu terbang ke nirwana menjemput singgasananya.
Ini cerita seorang wanita yang jatuh cinta. Bukankah cinta itu indah? Tapi masa lalunya menghantui dalam potongan-potongan imaji berupa "Wanita Bergaun Merah". Lebih lanjutnya, silakan klik di sini.
Aku menyesal sudah bertanya. Jawabannya pasti akan menyakitiku. Karena aku benci realita. Tidak dulu atau sekarang. Entahlah, aku tidak pernah berteman baik dengan kenyataan. Aku selalu bermusuhan, selalu mencoba berlari walau pun selalu gagal.
Terjemahan Baru : The Jungle Book

The Jungle Book
by Rudyard Kipling
Alih bahasa oleh Anggun Prameswari
Penerbit : Atria
by Rudyard Kipling
Alih bahasa oleh Anggun Prameswari
Penerbit : Atria
Silakan baca terjemahanku yang terbaru. Sebuah karya cerita anak klasik karya Rudyard Kipling yang berjudul "The Jungle Book". Aku yakin kalian semua pernah satu atau dua kali mendengar kisahnya yang legendaris. Di dalam buku ini ada cerpen-cerpen Rudyard Kipling lainnya yang tak kalah menarik.
Waktu menerjemahkannya, aku benar-benar tertantang karena banyak main di rima dan diksi. Banyak puisi dan kata baru yang perlu dieksplorasi. Aku mulai jatuh cinta pada kamus rima dan tesaurus untuk membuat naskah lebih berwarna. Ternyata, metode ini juga bisa diterapkan dalam penulisan fiksi sehingga "rasa" bisa menjadi lebih kuat.
Terima kasih untuk mbak Jia Effendie yang sudah dengan baik hati memberikan saya kesempatan untuk mengolah buku ini. Ini pengalaman yang sungguh luar biasa. Monggo klik dan beli bukunya di toko buku terdekat atau belanja di sini : bit.ly/rEl5js
Aku tunggu opini dari kalian semua.
Langganan:
Postingan (Atom)
