Powered By Blogger

Senin, April 30, 2018

Cari Hadiah Handmade Unik? Ke Qlapa yuk!



Aku menghela napas menatap kalender. Ada bulatan merah mencolok, mengitari sebuah tanggal di bulan April. Ya, tepat di bulan ini, suami dan anakku berulang tahun, hanya terpaut jarak 4 minggu.

"Kasih kado apa ya?" Aku makin bingung. Tanganku sendiri lincah berseluncur di beberapa akun online-shop atau online market place di ponsel.

"Penginnya sih, kasih kado yang spesial, unik, nggak pasaran, sekaligus nggak mengganggu kantong juga." 

Sering nggak sih kita semua mengalami hal ini? Memberi kado untuk tersayang, pada hari spesialnya, bisa jadi pekerjaan rumah menantang. Kado itu simbol kenang-kenangan dan tanda kasih. Ada cerita di baliknya. Oleh karenanya, tidak bisa asal tunjuk, asal klik, asal beli. Kita perlu memikirkan karakter pribadinya, kesukaannya, fungsi benda itu, dan kemampuan kantong kita untuk membelinya. Jangan lupa, nggak kalah penting, sejauh mana kado itu bisa menyentuh hatinya. Membuatnya selalu ingat kepada perhatian kita. Ini pun berlaku kalau kita hendak membelikan kado ulang tahun anak, hadiah hari jadi pernikahan orang tua, bingkisan promosi pangkat untuk sahabat, atau surprise untuk kerabat yang baru launching bisnis baru. 

"Kayaknya, memberi kado barang handmade khas Indonesia, keren juga," pikirku sambil menggerakkan kursor ke Qlapadotcom.         



Senyum lebar terkembang di wajahku. Banyak sekali barang-barang unik yang tersedia di Qlapa ini. Telah terbagi sesuai segmennya, wanita/pria/anak/rumah dan dekorasi, aku lebih mudah mencari barang buatan tangan berkualitas, dengan harga bersahabat untuk dijadikan kado. 

Keunggulan produk-produk yang dipasarkan di Qlapa adalah nilai handmade setiap produknya. Karena dibuat dengan tangan, setiap produknya unik dan eksklusif. Bernilai seni tersendiri, seakan jadi simbol bahwa si penerima kado adalah sosok spesial, yang unik dan eksklusif. Selain itu, Qlapa juga mendukung berkembangnya UKM kerajinan di Indonesia. Para pengrajin lokal jadi punya kesempatan bertransaksi dengan para pembeli, sehingga secara signifikan membantu industri ekonomi kreatif bangsa kita. Standar seleksi produk pun dijaga dengan baik, agar tidak mengecewakan pembeli dan menjaga reputasi pengrajin itu sendiri. 



Nah, yang paling favorit dari Qlapa, ada Inspirasi Kado untuk Orang Terkasih. Di sini, editor Qlapa akan merangkum pilihan-pilihan produk terbaik untuk dijadikan kado. Bisa kado ulang tahun, kado pernikahan, kado hari jadi, atau kado apa pun yang spesial bagi orang-orang kesayangan kita. Kita jadi bisa punya gambaran, mau memberi benda unik apa yang pas, sesuai karakter si penerima kado dan jangkauan kantong kita.

Misalnya nih, suamiku kan suka menulis. Jurnal kulit dengan tali yang bisa dikustomisasi, pas sekali untuk jadi kado, supaya setiap dia mencurahkan ide atau menulis hal-hal penting, dia ingat dengan istrinya ini.



Kado hari jadi pernikahan orang tua, bisa dipilih sarung kulit paspor terkustomisasi gambar peta Indonesia, yang bisa dipakai saat bulan madu kesekian ke luar negeri atau ibadah umrah, agar mereka tetap ingat, ada keluarga menanti di rumah, di tanah air Indonesia.



Atau untuk sepupu yang baru menikah, kado jam dinding couple dengan foto mereka pasti pas untuk dipajang di apartemen baru, sebagai pengingat waktu kebersamaan yang hangat dengan pasangan.



Buat sahabat yang baru naik pangkat, ada banyak pilihan baju batik sekaligus aksesoris modis penunjang penampilan, agar semakin pede tampil mengejar karir impian.



Yang terakhir, untuk buah hati kesayangan yang sedang seru-serunya mengeksplorasi dunia, pilihanku jatuh pada tas punggung dengan gambar dan warna kesukaannya, di mana dia bisa menyimpan apa pun bekal dan peralatannya berpetualang.



Seru banget kan, memilih kado menjadi pengalaman menyenangkan seperti ini. Klik klik klik, plus proses pembayaran yang mudah dan aman, membuatku jadi makin percaya belanja di Qlapa. 

Tetapi,...
Kok rasanya ada yang kurang ya?
Masa sibuk borong ini itu untuk orang terkasih, tetapi lupa sama diri sendiri. Intip kantong, masih ada budget memberi kado untuk diri sendiri. Dress batik, sepatu, aksesoris, atau perlengkapan dekorasi yang bisa mempercantik rumahku ya? Nggak perlu momen khusus atau alasan yang dibuat-buat kan, untuk menghadiahi diri sendiri, kan. Kira-kira apa yang pas ya buatku? Ssstt, yuk cari-cari lagi ah, di Qlapadotcom, marketplace terbaik untuk produk-produk handmade terbaik Indonesia.



Minggu, Februari 18, 2018

Kesempatan Kedua Memberi yang Terbaik bagi Keluarga


Sebentar lagi, dua tahun Alinea hadir dalam kehidupan saya dan suami. Tidak terasa ya? Fase menyusui dan memberi MPASI, baru saja saya lewati. Banyak cerita menarik di baliknya, mulai dari belajar cara perlekatan payudara yang benar, kesulitan menyusui sebagai ibu baru, hingga suka dukanya menyiapkan MPASI--bagi saya yang tidak piawai memasak--telah menjadi perjalanan penuh tantangan. 

Dalam hitungan minggu, Alinea berusia dua tahun. Dia siap disapih dan sudah makan makanan padat. Apa artinya saya sudah bisa lebih santai? Oh tidak, sebab baru sebulan lalu, saya diberi kabar bagus dari Tuhan, bahwa Alinea akan segera punya adik!



Hamil untuk kali kedua ini bukan berarti jauh lebih mudah. Ternyata setiap kehamilan punya cerita yang unik. Ini membuat saya diingatkan, bahwa kelak, si dedek ini pun akan menjadi individu yang berbeda dari kakaknya. 

Segera saya disergap perasaan cemas. Bagaimana kalau nanti terulang lagi: bayi saya kesulitan menyusu, produksi ASI yang terhambat, hingga ke padatnya rutinitas menyiapkan MPASI yang berkualitas dengan perlengkapan dapur sekadarnya. Saya jadi teringat masa-masa repot mengukus dengan panci pengukus, lalu memblendernya dengan blender yang bising atau menyaringnya dengan saringan biasa. Saya jadi butuh waktu lama untuk menyiapkan MPASI, belum lagi cucian perkakas dapur yang menumpuk saking banyaknya peralatan yang dibutuhkan. 

Untungnya Philips Avent memberikan solusinya, yakni serangkaian solusi kebutuhan nutrisi anak dari Avent Sahabat Bunda. 

Salah satu wishlist saya, yang ingin saya miliki untuk menyambut kedatangan si dedek sebentar lagi, adalah Philips Avent Baby Food Maker

Pas saya melihat ulasannya di web resmi Philips dan The Urban Mama, saya langsung jatuh cinta dan mengidamkannya. Kenapa? 

1. Punya 4 fungsi sekaligus. Philips Avent Baby Food Maker ini bisa mengukus, menghaluskan, menghangatkan, bahkan menghilangkan beku (defrost) hanya dengan satu alat. Praktis kan? Bye bye deh repotnya siapkan peralatan ini itu, belum lagi ritual cuci piring yang menyita waktu.


2. Penggunaannya mudah. Buat saya yang juga bekerja di rumah, manajemen waktu jadi tantangan tersendiri. Nah, alangkah happy-nya saya, pas tahu kalau dengan satu tabung saja, kita bisa mengukus MPASI, lalu tinggal putar dan siap untuk diblender. Duh, jadi makin naksir sama  Philips Avent Baby Food Maker ini deh!

3. Bip bip bip, begitulah bunyinya. Berkat adanya penanda waktu, kini masakan gosong karena ditinggal mengurus ini itu tinggal sejarah. Tinggal pasang pengatur waktunya, dan biarkan Philips Avent Baby Food Maker bekerja. Saya jadi nggak was-was saat harus menemani si kecil atau mengurus pekerjaan lain.


4. Bekerja sesuai tahapan makan si kecil. Dengan pengaturan khususnya, kita bisa atur tingkat kelembutan MPASI sesuai perkembangan pola makan si kecil. Bahan makanan seperti sayur, buah, dan protein hewani pun jadi bisa diolah dengan maksimal. Kandungan nutrisi tetap terjaga. Nyam nyam, si kecil pun bisa makin semangat makan.

sumber foto produk dari sini

Wah, kalau dilihat-lihat dari kelebihannya, Philips Avent Baby Food Maker ini ternyata tidak cuma dipakai menyiapkan MPASI si kecil saja, tetapi juga persiapan makan kakaknya hingga seluruh keluarga. Cocok juga untuk investasi nutrisi jangka panjang. Asyik banget!

Walau sudah belajar dari Alinea si kakak, saya tetap merasa masih belum sempurna. Masih banyak perbaikan yang perlu saya lakukan, agar bila tiba nanti saatnya si dedek lahir, saya makin siap menyambutnya. Dan, tentu saja, rangkaian perawatan ibu dan anak #AventSahabatBunda jadi pilihan terbaik, masuk daftar wishlist teratas untuk membantu saya menyiapkan nutrisi terbaik bagi seluruh keluarga.

Untuk teman-teman yang juga punya wishlist sama, jangan lewatkan penawaran menarik dari Apresiasi Cinta Bunda Philips Avent dengan klik di sini. Banyak promo menarik yang nggak boleh dilewatkan.

ACB-PromoPage-1875 
ACB-PromoPage-1875-02 
Tulisan ini diikutsertakan dalam #TUMBloggersCompetition #AventSahabatBunda




Minggu, Februari 28, 2016

Membaca Satu Kisah yang Tak Terucap karya Guntur Alam


Judul : Satu Kisah yang Tak Terucap
Penulis : Guntur Alam
Penerbit : GagasMedia
Terbit : Februari 2016
ISBN : 978-979-780-855-6
Jika aku berbagi rahasia paling rahasia, bisakah kau memastikan hatimu akan tetap milikku?

Laki-laki itu tampak asing di mata Ratna, tetapi tak sulit jatuh cinta kembali kepadanya. Dialah yang menuliskan nama mereka di pohon cinta yang melegenda di Pulau Kemaro. Tempat yang mengabadikan kisah cinta Putri Fatimah dan Pangeran Tan Bun An.

Pulau di timur Kota Palembang itu pulalah yang menjadi saksi kisah Ratna dan Lee, belasan tahun silam. Dulu maupun sekarang, binar itu masih sama. Namun, sebuah cemas bersarang dan Ratna tak kuasa mengusirnya.

Mungkin saja semua masih bisa sama saat hanya jarak yang memisahkan mereka. Hanya saja, sejauh mana kau bisa bertahan dalam sebuah rahasia dari orang yang kau cinta?

Ratna dan Lee. Bagaimana jika kisah mereka seperti legenda Putri Melayu dan Pangeran Negeri Tionghoa di Pulau Kemaro? Bahwa cinta sejati tak selamanya berakhir bahagia....

*** 

Tiap kali mendengar kata Palembang, apa yang terlintas di kepalamu? Mungkin ada yang menjawab Jembatan Ampera, sebagai ikon lansekap paling tenar di ibukota Sumatera Selatan itu. Atau Pempek yang terkenal maknyus. Atau malah tentang fenomena gerhana matahari total yang nanti terjadi tanggal 9 Maret.
Namun, pernahkah kau mendengar tentang Legenda Pulau Kemaro di Palembang? Kemudian, bagaimana dekatnya hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat Tionghoa di sana? Lalu, bagaimana pula dengan kekayaan kuliner Palembang lainnya, selain Pempek?
Belum kan? Kalau aku sih, belum.
Beruntungnya, Gagas Media mengeluarkan seri Indonesiana yang mengangkat beberapa budaya lokal dalam bingkai cerita pop roman.
Nah, Guntur Alam memotret sisi lain Palembang, yang mungkin belum banyak digali penulis lain, melalui novel terbarunya: Satu Kisah yang Tak Terucap.

Roman di novel ini menceritakan tentang naik turunnya suasana hati serta lika-liku perjalanan Ratna dan Lee yang dijodohkan keluarga mereka karena tak kunjung menikah. Ternyata urusan belum menikah di usia yang makin matang jadi polemik tak berkesudahan dan bisa membuat salah paham (Guntur bukan berusaha curhat ya,... atau mungkin memang begitu? #eaaa). Ratna dan Lee teman masa kecil, bukti bahwa friendzone itu bukan sekadar mitos belaka. Namun, layaknya remaja yang malu-malu kucing, mereka menutup rapat rasa sukanya atas nama persahabatan.

Namun, sesungguhnya ganjalan terbesar adalah rahasia kelam yang masing-masing disimpan oleh Ratna dan Lee. Guntur menggiring pembaca pelan-pelan menguak apa rahasia Ratna, yang menurutku dituturkan dalam porsi yang cukup, serta dikiaskan dengan baik. Sementara itu, pengalaman buruk Lee dalam percintaan, juga menjadi borok yang memakannya hidup-hidup. Rahasia-rahasia inilah yang membuat Ratna dan Lee yang sebenarnya sudah sama-sama cinta, merantai hati mereka di masa lalu. Cerita makin diperumit dengan datangnya teman masa kecil Ratna yang ikut menyampaikan rasa cinta, desakan keluarga yang terus datang bertubi-tubi, bahkan dari ibu Ratna sendiri sampai keduanya terlibat pertengkaran hebat.

Guntur yang biasanya bertutur ala sastra koran, dengan genre gothic, menurutku mampu menyajikan kisah dengan bahasa pop roman yang lebih ringan dibaca. Adegan demi adegan ditata sedemikian rupa demi tujuan bercerita, sekaligus tidak menumpahkan semua bagiannya agar pembaca terus menebak-nebak arahnya. Yang menarik, Guntur sengaja tidak memotret perbedaan agama dalam percintaan Ratna dan Lee. Tindakan cukup bijak, mengingat fokus utama ceritanya adalah budaya Indonesia, bukan novel kritis yang mengangkat friksi agama. Selain itu, penempatan porsi lokalitasnya pas. Legenda Pulau Kemaro disandingkan dengan cerita Ratna dan Lee, berkelindan menjadi bagian tak terpisahkan. Ini membuat budaya Palembang yang diangkat, tidak sekadar tempelan belaka agar terkesan lokal.

Nah, aku yakin setiap orang memiliki rahasia paling kelam, disimpan serapat-rapatnya di dalam hati. Termasuk kamu yang sedang baca postingan ini. Kalau rahasiamu itu menahan langkahmu untuk lebih bahagia, kamu wajib baca buku ini. Kamu akan menemukan potongan dirimu sendiri, berkaca, lalu kauputuskan sendiri:
Apa kau biarkan satu kisah yang tak terucap itu, mengendalikan hidupmu?

Giveaway:
Ada satu novel Satu Kisah yang Tak Terucap karya Guntur Alam, geratiiiissss buatmu. Caranya gampang. Yuk ditengok:
1. Jawab pertanyaan ini: Bagaimana caramu bisa terbebas dari rahasia kelam masa lalu?
2. Tulis jawabanmu di kolom komentar di bawah ini. Sertakan nama serta akun media sosialmu, seperti twitter, facebook, dan sebagainya.
3. Kamu juga wajib share postingan ini di media sosialmu, terutama facebook dan twittermu (pastikan akunmu tidak dikunci agar bisa terkonfirmasi). Jangan lupa mention atau tag Guntur Alam (@AlamGuntur) dan Penerbit Gagas Media (@GagasMedia) ya?
4. Jawaban ditunggu sampai Selasa, 1 Maret 2016 pukul 23.59 ya.
5. Selamat mencoba!

Senin, Desember 14, 2015

[Perfect Pain] Di Balik Luka yang Sempurna



Jika ada yang bertanya, mana yang lebih sulit, menulis After Rain atau merampungkan Perfect Pain, maka aku akan menjawab...,
Perfect Pain jauh, teramat sangat lebih menantang.



Aku menulis kisah Seren dalam After Rain dengan perasaan ringan dan riang. Tak ada ekspektasi. Tidak membawa beban pesan atau perasaan tertentu (walaupun banyak yang menganggap Seren itu sebenarnya aku sendiri, padahal BUKAN).

Sesungguhnya, aku memiliki ketertarikan khusus tentang isu-isu perempuan, mulai dari kesetaraan gender, kesamaan hak dasar perempuan, hingga kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Dalam perjalanannya, aku mendapati banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga terjadi di kehidupan sehari-hari, baik dari berita di televisi, artikel di koran dan majalah, bahkan curhatan beberapa kenalan. Cerita-cerita itu berkelindan, menjalin sebuah perasaan kuat.
Aku merasa, ini harus dituliskan.
Harus!
Saking kuatnya perasaan itu, aku seperti membayangkan diriku tengah “dihampiri” sesosok perempuan kurus semampai, dengan gaun putih yang ujungnya selalu meliuk dipermainkan angin. Dia mengenalkan dirinya bernama Bi dan memintaku menuliskan kisahnya. Kisah tentang lukanya yang sempurna; luka karena mencintai.
Absurd sih, dan agak horor, tapi kuanggap saja itu bagian dari proses kreatif.

Akhirnya aku mulai menyusun premisnya. Dari premis itu, kukembangkan menjadi sinopsis, lalu terus kupaparkan detailnya dalam bentuk outline.

Seperti yang tadi kusampaikan, ada tantangan lebih besar saat menuliskan Perfect Pain. Tantangan pertama adalah ketakutanku sendiri tentang naskah ini. Bayang-bayang kesuksesan After Rain begitu kuat, sehingga ekspektasi pembaca terhadap novel keduaku ini begitu tinggi. Mereka tentu ingin cerita yang lebih menarik, yang ditulis dengan teknik penceritaan yang lebih baik, serta karakter yang lebih memikat.
Tantangan kedua adalah emosi cerita yang terlalu kuat. Tidak bisa dipungkiri, beberapa adegan dalam novel Perfect Pain begitu intens. Saking pekatnya, sampai menyeretku menjadi pribadi yang emosional juga. Aku jadi gampang sedih, mudah menangis, sedikit lebih temperamental; sampai-sampai aku harus berhenti menulis dan menjaga jarak dengan cerita yang kutulis ini.

Di satu titik, aku merombak total alur Perfect Pain. Saat itu draf ini sudah selesai sampai sekitar bab ke sepuluh.  Aku mengubahnya dengan plot yang sama sekali baru, tokoh-tokoh yang berbeda, walaupun fokusnya tetap mengenai kekerasan terhadap perempuan. Beruntung, aku memiliki editor yang paham kegundahanku, Jia Effendie. Bukannya mendesak atau menasehati ini itu, dia membiarkanku bermain-main plot baru itu. Namun, dalam perjalanannya, aku hanya sanggup menuliskannya sampai bab empat atau lima, lalu mandek begitu saja. Mau kuutak-atik, tetap saja cerita baru itu jalan di tempat. Pasrah! Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke plot awal dan melanjutkannya sampai selesai.

Yang membantuku melewati proses “menyakitkan” menulis Perfect Pain adalah dukungan tim first readers-ku, teman-teman sesama penulis lainnya, serta editor-editor Gagas Media. Mereka tak henti memberikan suntikan energi positif. Aku sadar, tak peduli sekelam apapun cerita Bi ini, dia harus sampai di garis finish. Memang benar, setelah membulatkan tekad, segalanya seperti dipermudah. Aku pun tiba di kata TAMAT.

Aku selalu ingat sebuah pertanyaan yang dilontarkan seorang penulis senior padaku: Kenapa kau menulis sebuah cerita?
Buatku, menulis Perfect Pain, sesuai dengan namanya adalah sebuah luka yang sempurna. Namun, aku menikmati prosesnya. Aku tumbuh beserta cerita ini; karena pada akhirnya aku berhasil menaklukkan diriku sendiri, mengalahkan ketakutanku, serta menjadi lebih kuat. Kurasa, pada titik-titik tertentu kehidupan kita, sesungguhnya ada Bi dalam diri kita.

Aku tidak berani menggantungkan impian terlalu muluk tentang Perfect Pain ini. Biarkan kalian yang membacanya menilai sendiri.
Selamat membaca.
Selamat mengenang lukamu sendiri; luka yang sempurna karena mencintai.

Salam,
Anggun Prameswari

PS: Jangan lupa mampir ke blog-blog di bawah ini ya. Ada lebih banyak cerita menarik mengenai Perfect Pain, plus ada giveway-nya juga. Penasaran, kan? Yuk, ramaikan.

Aku punya satu novel Perfect Pain bertandatangan, GRATISSS, spesial buatmu. Jawab pertaanyaan berikut di kolom komentar:
Kalau kamu bisa mengucapkan sesuatu untuk orang yang kau cintai, sekaligus menyakitimu, apa yang ingin kau katakan?
Sampaikan jawabanmu di kolom komentar di bawah ini, disertai dengan nama lengkap dan alamat email (wajib) dan akun media sosial yang kamu miliki (bisa FB/twitter).

Ayo, mari merayakan luka yang paling sempurna!