Aku berlari ke utara
Sungguh berharap ada senyawa
Yang saat kutetes di atas duka
Bisa sekejap menghapusnya jadi tiada
Sedikit ku menapak timur laut
Ternyata setapaknya terbuat dari kain rajut
Terangkai dari rindu yang tak berhenti tersulut
Tentang aku, kamu, dan cinta yang lebih pedih dari maut
Terbentang jalur ku ke timur
Tempat sinar matahari melimpah bertabur
Tapi sebenarnya aku lebih suka awan yang terjulur
Mengantarku bermain hujan yang penuh perasaan jujur
Entah kenapa aku tak suka arah tenggara
Penuh pecah patah duri membuat luka
Hatiku sudah tak sanggup lagi, ku tahu kenapa
Duka ini tetap ada, bahkan tak berganti rupa
Aku mencoba berjalan ke selatan
Tapi angin tak henti mengingatkanku kenangan
Yang terus saja mempermainkan
Hati yang bahkan tak mau lagi merasakan
Kulihat ada yang memanggil di barat daya
Tapi aku tak punya kuasa untuk berkata iya
Aku terlena di labirin yang bercahaya
dengan bayanganmu yang lebih kuat dari semesta raya
Aku kelelahan di ujung barat
Mencintaimu sungguh berat
Tapi melupakanmu seperti menghapus karat
Dengan ujung jari yang renta tak lagi kuat
Merangkak satu-satu aku di barat daya
Aku sudah tak ingat bagaimana rupa
mencintaimu yang penuh binar bahagia
karena yang tersisa hanya rindu beserta luka
Dan Aku kembali ke utara
Setelah lelah mengembara di dunia
Dengan seluruh mata anginnya, tanpa lupa
Tapi tak ada yang berubah, semua sama
Mencintaimu itu luka.
2 komentar:
Selamat Menunaikan Ibadah Puisi
WOW.!! Keren kata-kata nya,, :)
Posting Komentar