Oleh:
Anggun Prameswari
Tanggal 1
Syawal begitu dinanti oleh seluruh umat muslim di dunia, tak terkecuali di
Indonesia. Di sini, lebaran merupakan asimilasi nilai religi keislaman dan
kebudayaan lokal. Selain kekhusyukan ibadah, Lebaran identik dengan kegembiraan
dan perayaan. Gaungnya terasa bahkan sebelum datangnya Ramadan. Pekerja yang
menunggu libur panjangnya. Keluarga yang menanti waktu berkumpul bersama. Silaturahmi
dan saling bermaafan menjadi ritual tak terpisahkan. Lebaranpun menjadi tonggak
pengingat agar kita kembali pada fitrah sebagai makhluk sosial; tak lepas dari
keluarga dan sahabat.
Setiap orang
tentu memiliki keinginan di hari lebaran. Baju baru, gawai terkini, mudik ke
kampung halaman, berbagi dengan keluarga, atau berlibur. Aku pun begitu. Beberapa
bulan sebelum Lebaran, aku telah menyusun #ResolusiLebaranku.
Tentu saja,
#ResolusiLebaranku membutuhkan dana besar. Untungnya aku—seperti kebanyakan
pekerja di Indonesia--menerima THR untuk merayakan hari raya. Sekilas, THR seperti
rejeki nomplok. Mendapat uang di luar gaji bulanan, ditambah tren diskon dan promo
Lebaran, rasanya ingin langsung saja menghabiskan uang di tangan.
Namun, belajar
dari pengalaman, serta curhatan keluarga dan sahabat, THR akan menguap sia-sia
jika tidak dikelola dengan baik. THR bukan uang jatuh dari langit yang bisa
dihamburkan tanpa rencana. THR bersifat bantuan antisipatif, baik buruknya,
tergantung bagaimana mengaturnya.
Sebagai
generasi melek internet, akupun browsing
mencari tip pengaturan THR. Beruntung kutemukan situs Cermati.Com! Sesuai
dengan tagline-nya, Mari Jadikan
Orang Indonesia Cermat Berfinansial, Cermati membantuku memperoleh wawasan
lebih luas mengenai produk-produk perbankan sekaligus tip-tip mengatur
keuangan. Bahkan dari salah satu artikel Cermati, aku disarankan membagi
alokasi THR ke dalam beberapa pos dengan presentase tertentu.
Spesial tahun
ini, #ResolusiLebaranku adalah:
1. Beramal
untuk sesama,
2. Alokasi
mudik, dan
3. Menambah
dana darurat.
Langkah pertama,
aku perlu mengetahui besaran THR yang kuterima, agar bisa membuat perencanaan.
Ini bisa kuketahui dari jumlah gaji pokok atau prediksi THR tahun sebelumnya. Karena
THR biasanya cair seminggu menjelang lebaran, kugunakan tabungan dana darurat untuk
menalangi semua kebutuhan, yang nanti ditutup kembali dengan THR setelah cair.
Sejak kecil,
orangtuaku mengajarkan untuk beramal—sedikit banyak rejeki yang kita terima.
Aku ingat bagaimana orangtuaku mengajariku di setiap Rupiah yang kita punya ada
2,5% hak orang lain yang lebih membutuhkan. Selain dengan lisan, orangtuaku
menunjukkannya dengan perbuatan, sehingga nilai itu begitu meresap di hati.
Oleh karena itu, pos prioritas THR adalah zakat fitrah, zakat penghasilan,
serta THR orang-orang yang bekerja membantu kita, misalnya asisten rumah
tangga. Diperkirakan pos ini akan memakan 15% dari total THR. Untuk mempermudah
pembagiannya, kuterapkan sistem amplop. Aku membuat pemetaan asumsi nominal untuk
pos-pos tersebut, lalu memasukkan uangnya ke dalam amplop. Cara ini
mempermudahkanku mengendalikan cash flow.
#ResolusiLebaranku
berikutnya adalah mudik ke kampung halaman. Sebagai anak rantau, mudik merupakan
momen dinanti untuk berkumpul bersama.
Untuk pos ini,
aku mengatur maksimal 60% dari total THR. Sayangnya, harga tiket yang melambung
tinggi pada arus mudik dan arus balik, membuatku kesulitan mengatur alokasi
dana mudik. Kusiasati dengan memesan tiket pesawat 2-3 bulan sebelum tanggal
keberangkatan. Kugunakan kartu kredit untuk membelinya secara online sebelum
THR turun. Beruntung, aku bisa memperoleh tiket dengan harga di bawah
perkiraan. Selain tiket lebaran, budget
angpau kepada keponakan, hantaran untuk keluarga, baju baru, dan keperluan
lebaran lainnya masuk pada pos ini. Apabila over-budget,
ada solusi menggunakan tabungan dana darurat atau gadai barang. Dengan begini,
aku tidak perlu memiliki utang tambahan setelah lebaran selesai.
Nah, sisa
25%-nya bisa dipecah menjadi dua bagian, yaitu membayar utang (15%) dan
menambah dana investasi (10%). Untungnya, tahun ini aku tidak memiliki utang.
Bahkan tagihan Kartu Kredit untuk membeli tiket masih jadi bagian dana mudik
yang 60% tadi. Sisa dana 25% ini bisa langsung dialokasikan untuk investasi. Kali
ini aku berencana untuk menambah nominal dana darurat, yang merupakan
#ResolusiLebaranku yang ketiga.
Kerennya, situs
Cermati memberikan informasi perbandingan produk-produk perbankan, mulai dari
tabungan, deposito, kartu kredit, sampai aneka kredit. Aku jadi tahu deposito
dan tabungan mana yang memberikan bunga maksimal sehingga investasiku terus
berkembang. Ada juga info aneka kredit, di mana tersedia info rate bunga, persyaratan, dan simulasi lengkap
dari beragam bank di Indonesia. Data di situs Cermati sangat membantuku membuat
keputusan finansial. Makanya saat kumpul keluarga, aku tak segan bercerita pada
keluarga dan sahabat mengenai fitur di Cermati. Sepupuku yang berencana
mengambil KPR, adikku yang hendak membeli mobil, dan Budhe yang tengah bingung
hendak membuka deposito di mana, semuanya jadi tahu. Mudah sekali, hanya
tinggal klik situs www.cermati.com dan
segala informasi tersaji di sana. Situs ini nyaman diakses secara mobile
sehingga praktis. Memutuskan produk perbankan mana yang dipilih menjadi lebih
mudah dan aman.
Lebaran kali
ini, aku bersyukur #ResolusiLebaranku tercapai karena pengaturan yang cermat.
Selain itu, aku belajar bahwa berbagi itu indah. Dengan berbagi, hati kita
menjadi lebih kaya dan bahagia. Dari Cermati pula, aku sadar bahwa berbagi tak
hanya dengan uang. Ilmu dan informasi menjadi tak kalah berharganya, untuk
dibagi kepada sesama.
Tulisan
ini merupakan bagian lomba blog #ResolusiLebaranku
bersama
situs keuangan www.cermati.com