Powered By Blogger

Sabtu, April 29, 2006

bAn6kiT sAudAraKu! [edisi khusus perempuan]

Gw suka bertanya-tanya,...

Betapa belakangan banyak perempuan yang berteriak-teriak mereka sedang menjadi korban kekerasan, dalam segala bentuknya, oleh laki-laki.

Gw bukan feminis,... apalagi berniat membantu membela kepentingan laki-laki. Gw hanya mempertanyakan apa yg tertangkap sama kacamata minus gw,...

Alkisah, ada seorang cewek, sudah beberapa bulan putus dari pacarnya,... alasannya tidak terlalu jelas. Tapi sampai sekarang mereka masih berlaku seperti layaknya orang pacaran, termasuk dalam bentuk sentuhan fisik yg biasa para pelaku pacaran lakukan. Cewek itu masih suka ngerjain tugas-tugas kuliah mantannya. Cewek itu menghabiskan banyak pulsa untuk nelponin mantannya hanya untuk mendengarkan info kalo mantannya itu sedang ga ada atau kalimat penolakan "Ngapain sih lo nelpon2 gw lagi??" Bahkan dia merelakan temennya yang lain meneleponkan si mantan agar dia bisa denger suara mantannya itu. Dia rela mengejar ke mana mantannya itu pergi. Rela jadi tempat sampah dan wadah pelampiasan “kebutuhan” si mantan – sorry for mentioning this – sampai detik gw nulis ini. Lalu begitu si mantan selesai dengan apa yg dia perlukan, dia meninggalkan si cewek itu begitu saja. Ini siklus yang terus berulang sampai sekarang.

Ketika temen-temen si cewek menasihati dan berusaha menyadarkan, si cewek berontak dan marah-marah, “gw itu ga suka diatur-atur!” … Lho apa yang salah dengan ngatur2 itu,… memang si cewek itu kok yang buta. Lihat realita. Seberharga apakah si mantannya itu sampai digandolin seperti itu? Mestinya dia bisa melihat siapa yang sebenernya sayang sama dia. Teman-temannya itu jauh lebih sayang daripada mantannya itu.

Lalu ada si pemudi yang juga udah putus dari cowoknya. Tapi beberapa hari yang lalu dia bertandang ke rumah si pemuda – yang seorang Play station addict. Si pemudi “dikacangin” di ruang tamu, sendirian, cm ngulak-ngalik hape. Si pemudanya malah asyik maen balapan di playstation sama temen sekelasnya yg kebetulan bertandang juga. Si pemudi dicuekin di ruang tamu dari siang sampe malem sama si pemuda. Si pemuda baru mau ngomong ketika nyokap si pemuda nyuruh si pemuda nganterin pemudi pulang karena sudah malam. Itu juga dengan seperdelapan hati, bukan setengah hati lagi.

Gw gat au apa yg melatarbelakangi tindakan si cewek sama si pemudi itu sampai mereka beraksi menghiba cinta kepada yg sudah jelas-jelas merobek apa yang mereka agungkan selama ini. Yang satu rela dijadikan kacung – maaf kalo kasar, tapi semua orang yang mengenal si cewek pasti berpikiran seperti itu – dan yang satu rela membuang waktu demi sesuatu yang sia-sia.

Diputusin memang sakit. Apapun bentuk dan alasannya. Mau diputusin langsung atau lewat telepon atau email atau bahkan sms, tetep aja rasanya sama sakitnya. Tidak ada legitimasi diputusin secara langsung itu akan mengurangi sakitnya. Gw pernah diputusin either in direct or by phone. Sama sakitnya.

Gw engga mau men-judge siapa-siapa. Gw bukan ahli tentang hubungan. Gw cm mau beberapa orang sadar. Di luar sana banyak wanita yang sedih karena mengalami KDRT dari segi fisik, emosional, seksual, dan ekonomi. Tapi kenapa, sesame wanita juga, ada yang suka menempatkan dirinya sebagai korban. Menikmati perannya disiksa dan digelontori perasaan tak berarti. Padahal perempuan itu makhluk kuat, lebih kuat dari laki-laki. Dianugerahi kemampuan mengandung, melahirkan, membesarkan calon-calon manusia, mestinya bisa dengan mudah survive, bahkan melawan, ketika sedang disakiti.

Obat memang terasa pahit di lidah, tapi bisa memberikan kesembuhan bagi si sakit. Coba lihat permen yang memberikan rasa manis tapi ujungnya sanggup membuat gigi rusak pelan-pelan,…

Bangkit saudaraku,… bangkit!

M0mmA's sWeeT GirL

Ada satu yang gw pahami dari diri gw hari ini.

I was, I am, and I will always be momma's sweet girl.

Gw udah kembali ke jalan di mana gw punya tekad untuk ga nyakitin keluarga gw lagi. Gw pernah menyakiti mereka, dan gw sepenuhnya sudah kembali ke mereka selama hampir dua tahun ini,... dan gw yakin kalau gw ga mau nyakitin mereka lagi.

Kalau orang suka hidup dg tantangan dan problema, gw lebih memilih hidup damai. Terserah kata orang kalo gw hidupnya basi,... itu kan dari kacamata seorang penantang,... tapi di kacamata gw, hidup damai dengan orang yang kita cintai (keluarga, teman, pacar, bahkan diri sendiri) itu adalah tantangan tersulit yang setiap orang pasti alami.

Minggu, April 16, 2006

Umur [edisi khusus wanita]

Entah kenapa, beberapa peristiwa berikut ini gw rasa seperti kebetulan dan berhubungan satu sama lain.

Waktu itu gw lagi ngubrul-ngubrul sama - inisialnya aja ya - E,… dia sebentar lagi mau nikah, rencananya sih tahun ini. Mbak E ini sama kayak gw, produk keluaran tahun 1985, dan di tahun 2006 ini siap melepas masa lajangnya.

Beberapa hari kemudian, temen gw yg laen, inisialnya aja ya : D, yg ikut ngederin percakapan gw sama Mbak E tempo hari tentang rencana meritnya,… nyeletuk,…

“Gun, si E mau merit ya? Kayaknya enak banget ya. Bentar lagi punya suami. Elo juga enak banget punya pacar yg awet banget dari SMU. Gw jadi pingin deh,”

Gw masih belum terlalu takjub sama pernyataan di atas. Tunggu sampai ke bagian selanjutnya,…

“Tapi sampe skr gw masih jomblo. Umur gw udah berapa coba? Gw keburu tua,"

Well, emang omongannya emang ga semirip apa yang gw tulis ini. Tapi efeknya biking gw shock. Dia itu tahun produksi sama kayak gw, malah lebih muda dia beberapa hari. Masih muda banget kan? Banget banget! Dan dia punya pikiran seakan-akan dia perawan tua yg seangkatan Madonna yang ga punya harapan untuk menjalin cinta dengan lelaki.


Terus beberapa hari berlanjut, temen gw yang lainnya, inisialnya J, dia protes sama kajur gara-gara ngga bisa ngambil skripsi di semester 7. Karena berhubung dia mahasiswa yg ambil semester paket, jadi sdh diatur untuk ambil skripsi semester 8 alias di tahun ke-empat. Dia kebakaran jenggot. Beda setengah tahun dalam penyelesaian kuliah aja bikin dia panik. Dia memang seangkatan sama gw walaupun umurnya lebih tua setahun. Tapi mbak J ini awet muda kok, ga keliatan kalau umurnya sebanyak itu (gw ga pake kata tua karena konotasinya sedikit sensitive bagi perempuan). Dia pinter banget. Gw ga akan heran kalo dia bisa selesai kuliah dalam jangka waktu 3,5 tahun. Cuma karena birokrasi kampus aja dia bisa menyelesaikannya dalam 4 tahun.

Dia dengan lunglai merasa,… gw kutip walaupun ga mirip,… “besok kalo udah lulus S1, umur gw 24. Belum nanti nyambung ke S2-nya. Belum cari kerjanya. Belum mapannya. Kapan gw merit?”

Gw berusaha nenangin dia. Mencoba meyakinkan kalo dia bakal bisa menyelesaikan semua rencana studi dan karirnya itu.

“Tapi kan gw perempuan, Gun.”

Oouuch!!! Memang menohok sih,… Kalau laki-laki memang bisa menikah umur berapa aja. Kalau emang belum dapat jodoh atau belum punya kesempatan, tinggal ngeles aja, mau mapan dulu demi masa depan calon keluarga. Tapi kalau perempuan? Memang sekarang jaman sudah berubah. Banyak wanita yg sarjana, ga sedikit yang ambil S2 dan lulus dengan baik. Bukan sesuatu yang mengherankan melihat wanita mengejar karir dengan posisi yang cukup intimidatif bagi laki-laki. Tetep aja ada tapinya.

Entah kenapa, ada nilai-nilai yang turun dari generasi ke generasi bahwa perempuan mendapatkan tuntutan lebih besar untuk menikah daripada laki-laki. Mungkin kemampuan reproduksi perempuan yang jauh lebih terbatas dari laki-laki. Atau mungkin karena populasi perempuan yg konon katanya empat kali lipat disbanding laki-laki shg membuat persaingan makin sesak.

Jadi inget sama temen gw yg laennya, inisialnya K, yang hampir setua nyokap gw tapi masih tetap kayak anak muda,… dia pernah gagal berumah tangga tapi gak takut untuk menikah lagi. Dia mengakui dia memang butuh laki-laki, lebih dari sebagai sandaran ekonomi dan kebutuhan ragawi, tapi karena dia sadar dia memang tidak bisa hidup sendiri. Tapi dia dengan umur sebanyak itu, hampr dua kalinya umur gw, tetep punya positif thinking kalo dia akan menemukan lelaki yang tepat entah di umur berapa. Gw salut sama nilai yang dia pegang. Dia yakin apa yang dia mau tapi dia engga seperti desperado yg blingsatan ke sana kemari.

Terus sebagai ending, tadi pagi sebelum gw nulis posting ini, ada temen gw yg inisialnya A memberikan argument penutup yang gw simpulkan sebagai berikut,…
“Otak kita terlalu mungil untuk disesaki pikiran-pikiran yang terlalu jauh melangkah ke tempat yang bahkan tidak bisa kita raba”,…

Menurut lo???

Wanita Yg Intimidatif

+ Sebenernya,... bikin tulisan ttg topik ini berjuta malasnya,... sama seperti membuka borok sendiri,... I'm easily intimidated by women,...

- Kenapa?

+ Ya karena minder lah, kalo ga minder kenapa gw hrs merasa terintimidasi

- Kenapa minder?

+ Bebel bgt nih, ya krn gw merasa kualitas gw di bawah para wanita itu

- Contohnya

+ Gw gampang sekali terintimidasi dg wanita yg physically more beautiful. Waktu itu ketemu sama mantannya cowok gw,... sebut aja namanya M,... gw cm ngeliat dari jauh pas lagi di senayan, sekitar 2 thn lalu, dia mo beli sepatu basket,... dia cantiiiiik banget, putih, langsing, tinggi, not mentioned dia seorang yg berduit,... bermobil,... Gw sampe mikir, kenapa cowok gw putus sama dia dan jadian gw yg kayak begini doang,... Banyak perempuan yg ga sadar mereka telah berperilaku mengintimidasi sesama kaumnya, dg cara dandan dan dress up yg terlalu mempercantik diri,...

- Mestinya lo bangga dong? Artinya lo punya pacar yg gak melihat lo dr fisiknya doang, pacar lo melihat inner beauty,...

+ Tau gak kadang2 kalau lg jahat sama diri sendiri, kata inner beauty itu ga lebih dari sekedar pembelaan dari perempuan yg gak cantik tapi tetep ngerasa pengen kelihatan cantik sekaligus alat bwt para wanita cantik untuk merendah dg tujuan memperoleh pujian ganda, kecantikan sekaligus kebaikan hati,...

- Lo sinis bgt,....

+ Eeeh, justru kesinisan gw itu termasuk kecantikan yg engga semua orang punya. Sinis itu lebih realistis and kadang bisa membidik satu sisi yg orang ga biasa perhatikan.

+ Berarti lo merasa diri lo cantik kan?

- Iya, tapi menurut standar gw sendiri. Tetep aja kalau menyentuh ruang publik, ada standar yg berlaku dan gw bukan yg termasuk memenuhi standar itu. Gw tau lo mau jawab, jgn peduliin apa kata orang,... tapi kuping kan diciptakan untuk mendengar dan suara2 orang itu susah dihilangkan.

- Udahlah, gak usah merasa terintimidasi, sekali-kali coba mengintimidasi orang dg "kecantikan" yg elo punya apapun itu


+ Nah, kalo gt apa bedanya gw sama mereka,... kecantikan gw bukan utk menintimidasi tapi utk menginspirasi,... itu baru namanya cantik

BEING adult is suck!


Bukan bermaksud sinis,...
Tapi menjadi wanita dewasa itu susahnya bukan setengah mati tapi, tujuh perdelapan mati. Misalnya gagal ya mati beneran. Kalo sekedar menjadi abg yg manja dan menyebalkan, sepertinya semua orang bisa,...

Belajar dewasa malah kepentok banyak hal
Nurturing,... i want that one,... i have never been that one,...
Terjepit,...
Memilih diantara dua yang memang bukan sesuatu yg harus dipilih karena memang keduanya adalah hak milik kita yg asasi,...
Tersudut,...
Tak bisa berpikir logis,...
Menyalahkan tampak lebih mudah mengurangi rasa bersalah pribadi,...
Kepala rasanya mau pecah,...
Membuat keputusan tidak semudah membuat nasi goreng,...
Merasa sendiri,...
Pahit,...
Ketakutan akan kehilangan yg besar,...
Terpaksa menjadi sabar dikala ego menjadi raksasa,...

Mungkin semuanya akan membantah, proses dewasa itu menyebalkan,... sampai sekarang aku cuma merasakan hal-hal yg di atas itu,... tanpa sedikitpun paham arti dewasa itu sendiri,...

I'm in the middle of nowhere and i even cant walk,...

Selasa, April 04, 2006

tHe Ge0grAphY oF a wOmaN


Aque dapet forward-an dari temen gw yg paliiiiiiiing baek, namanya Kiki,... nice to have a friend like u,...

THE GEOGRAPHY OF A WOMAN

Between 18 and 20, a woman is like Africa. Half discovered, half-wild, naturally beautiful with fertile deltas.

Between 21 and 30, a woman is like America. Well developed and open to trade, especially for someone with cash.

Between 31 and 35, she is like India. Very hot, relaxed and convinced of her own beauty.

Between 36 and 40, a woman is like France. Gently aging but still a warm and desirable place to visit.

Between 41 and 50, she is like Iraq. Lost the war, haunted by past mistakes. Massive reconstruction is now necessary.

Between 51 and 60, she is like Siberia, Very wide and borders are un-patrolled. The frigid climate keeps people away.

Between 61 and 70, a woman is like Mongolia. A glorious and all conquering past but alas, no future.

After 70, they become like Afghanistan. Everyone knows where it is, but no one wants to go there.

And Which one are you??