cuplikan cerpen "Barbie" :
Dia selalu memanggilku Barbie. Katanya aku secantik boneka barbie dengan tubuh tinggi semampai dan rambut yang sengaja kuwarnai kemerahan. Panggilan itu tercetus saat dia menanyakan padaku, kado apa yang cocok diberikan untuk ulang tahun puterinya yang keenam. Aku mengusulkan belikan saja boneka barbie dan sejak itu dia memanggilku Barbie. Akhirnya dia membelikan putri bungsu kesayangannya sebuah boneka Barbie lengkap dengan rumah-rumahan dengan beberapa set pakaian yang cantik. Semua dipilihnya sendiri satu demi satu dengan penuh perhatian.
Aku bilang aku iri karena dia begitu menyayangi putrinya. Aku juga bilang betapa beruntungnya gadis kecil itu bisa memiliki ayah seperti dirinya. Andai saja aku ada di posisi si gadis kecil itu.
Dan dia seperti tahu apa yang ada di pikiranku.
Dia hanya menjawab.
Keluarga itu seperti sebuah rumah yang indah. Rumah cantik dengan beranda yang hangat dan ruang keluarga yang ditata sangat rapi. Kau tidak bisa begitu saja datang dan mengaku sebagai pemiliknya. Kalau kau ingin memiliki rumah cantik itu, kau harus membangunnya sendiri. Menyusun bata satu demi satu, mengecatnya satu pulas demi satu pulas, menata sendiri perabotanmu. Barulah kau bisa puas dan bahagia.
Aku paham maksud jawabannya.
Pahit memang, tapi aku tetap mencintainya.
-----------------------------------------------------------------------------------
1 komentar:
sangat menarik, terima kasih
Posting Komentar